Kegelisahan Bang Nadi, Sang Maestro Lukis Betawi
Maestro lukis Betawi Sarnadi Adam, saat berbincang dengan Gerbang Jakarta di kediamannya di Permata Hijau-Foto: Dok. Gerbang Jakarta-
Gerbang Jakarta. Sarnadi Adam atau biasa disapa Bang Nadi adalah bagian dari mimpi-mimpi besar Betawi. Bahkan boleh jadi, dia adalah mimpi besar Betawi itu sendiri. Mimpi yang selalu indah, tapi selalu jauh dari terlaksana.
Tahun ini, di usianya yang memasuki 67 tahun, maestro lukis Betawi Itu masih aktif melukis dan berpameran. Energinya seperti tak pernah habis. Pada bulan Juni 2024 misalnya, dia menggelar pameran lukisan tiga lokasi sekaligus: Hotel Aston, Hotel Borobudur, dan Balaikota DKI Jakarta. Memanfaatkan momentum hari jadi Kota Jakarta.
Sedangkan pada bulan Juli 2024 ini, Bang Nadi sedang berpameran lukisan di Hotel Borobudur yang rencananya berlangsung selama dua bulan, persisnya di Gallery T Space kepunyaan dokter yang juga penyanyi, Tompi. Pameran dibuka mulai 10 Juli hingga 13 Agustus 2024. Silakan bagi yang punya waktu hadir.
Namun di balik produktivitas melukis dan berpameran, sejatinya Bang Nadi menyimpan rupa-rupa kegelisahan. Ditemui Gerbang Jakarta di rumahnya yang asri di bilangan Permata Hijau, Bang Nadi menyampaikan dua hal yang hingga saat ini masih menggangu pikirannya. Hal-hal itu adalah mimpi besar Sarnadi buat Betawi yang belum terlaksana.
Pertama, hingga saat ini tak banyak pelaku seni rupa Betawi yang mengikuti jejaknya, memotret dan mengembangkan ide-ide yang berasal dari masyarakat dan komunitas Betawi ke atas kanvas. Padahal, dia selalu membuka pintu bagi anak-anak Betawi yang ingin belajar atau memperdalam seni lukis. Dia menyebut, kurangnya penghargaan terhadap pelukis adalah salah satu penyebab minimnya minat anak-anak muda menekuni dunia seni lukis.
Kedua, masih minimnya ornamen dan hiasan-hiasan Betawi di ruang publik. Padahal Sarnadi merelakan jika misalnya ada pihak-pihak yang ingin menggunakan motif lukisan-lukisannya sebagai hiasan di ruang publik. Seperti misalnya di halte TransJakarta, stasiun kereta api, dan ruang-ruang publik lainnya. “Buat Betawi, apa sih yang enggak ane kasih?” ungkap lelaki yang melukis dekorasi khas Betawi sejak zaman kuliah ini.
Itu makanya, Bang Nadi dalam tiap pamerannya selalu membawa misi “Sarnadi Adam dari Betawi untuk Jakarta” yang mengandung visi ke depan agar Jakarta memiliki budaya visual yang ikonik berdasarkan pengembangan lukisan khas Betawi Sarnadi Adam. Sehingga lukisan-lukisan itu kelak menjadi elemen visual yang menghiasi, mewarnai, dan menambah indah Jakarta sebagai kota global.
Bang Nadi juga giat menyelenggarakan Workshop Seni Lukis Betawi untuk masyarakat umum maupun anak-anak. Dia berharap, dengan workshop itu, dasar-dasar seni lukis Betawi yang ia ciptakan dapat berkembang dan dilanjutkan oleh generasi berikutnya. Termasuk dikembangkan ke dalam media lainnya selain seni lukis itu sendiri, sehingga corak lukisan betawi ala Sarnadi Adam menjadi bagian penting dari corak Jakarta.
Maestro juga manusia. Bisa lelah dan gelisah. Semoga dua penyebab kegelisahan Bang Nadi tadi cepat ditemukan obatnya. Demi lestarinya budaya Betawi dan majunya Jakarta. (msr)
Sumber: